Balada Raka Chapter 2
Oke rekan, kita sudah ada cerita yang keduanya, aku harap kalian suka dengan cerita yang di chapter ke-2 ini. Oke langsung aja gausah basa-basi.
...Disambutnya Raka dengan ramah oleh aki yang memperkenalkan dirinya bernama Abdul Malik itu.. "Alhamdulillah tak ku sangka masih ada juga pemuda yang sopan sepertimu nak", kata aki itu kepada Raka..
Jika kau tak keberatan ceritakanlah apa sebenarnya yang membuat engkau gundah nak.. Tak baik menyimpan kegundahan terlalu lama, bisa jadi penyakit.."kata aki itu.
Sambil menghela nafas panjang Raka pun menceritakan apa yang menyebabkan kegundahan hatinya dari awal ia yang tadinya berlimpah harta hingga akhirnya jatuh miskin, dan aki Malikpun dengan seksama mendengarkan keluh kesah Raka. Sampai kemudian Raka berujar," sebetulnya saya mencari makna apa arti kaya dan miskin sesungguhnya? Mengapa ada orang kaya namun tak bahagia sebaliknya tak jarang pula saya melihat mereka-mereka yang berada dalam kemiskinan bisa sedemikian bahagianya, terpancar dari senyuman dan sorot mata mereka.. Hingga membuat saya cemburu kepada mereka.."
Aki, sekarang saya jatuh miskin tapi mengapa saya tak bisa seperti mereka, tak bisa pula seperti aki yang begitu tenang menikmati kesederhanaan hidup, apa yang salah dengan diri saya? Tak kuasa Raka menahan kegundahannya tergoncang bahunya dan menganak sungai air matanya..
Aki Malik dengan penuh kasih sayang merengkuh bahu Raka dan menepuk-nepuk pundaknya..
"Begini nak, kaya miskin, susah senang sebetulnya itu sama saja Allah menciptakan kondisi-kondisi itu sebetulnya untuk mendidik hati hambaNYA. Dibungkus dengan kekayaan supaya manusia belajar bersyukur terhadap kenikmatan dan bersabar belajar menjadi orang yang rendah hati serta berbagi. Begitupun hidup yang dibungkus dengan kemiskinan, supaya terlatih menjadi orang yang sabar dan qanaah (menerima) serta tetap bersyukur dalam kekurangan. Sekarang bergantung bagaimana engkau menyikapinya nak.. Sambil menatap Raka dengan tajam beliau menambahkan, "Ujian dari Allaah hanya ada dua cara menyikapinya..
Jika diterima,
maka bertambah mulia dan dinaikkan derajatnya. Jika tidak mau menerima, maka tetap takkan mengubah keadaan, tidak pula menambah kemuliaan.. "Hadapi setiap persoalan pakai iman bukan dengan keluhan nak.." Aki Malik mencoba memompa semangat Raka yang tampaknya sudah meredup..
Dan kaya sesungguhnya adalah kaya hati, di mana hati terlatih untuk taat kepada Allaah serta senantiasa bersyukur kepada Allaah Swt dan miskin yang sesungguhnya adalah ketika engkau tak pandai mensyukuri nikmat Allaah yang setiap hari Allaah hidangkan dengan penuh kasih sayang tanpa tertukar dan tak kurang suatu apapun.. Apapun yang Allaah sajikan adalah bentuk kasih sayangNYA terhadap hambaNYA. Allaah tak pernah tidur dan lalai mengurus hambaNYA tapi apa balasan kita sebagai hambaNYA? Jika susah mengeluh dan gundah bahkan menuduh Tuhan yang salah.. Jika senang mudah mabuk kepayang Tuhanpun di buang.. Namun kasih sayang Allaah melebihi murkaNYA, selalu ditunggu dan dirindui kita untuk bertaubat kepadaNYA meski berulang kali mendurhakai NYA.. SubhanAllaah.. Masya Allaah.. Allaah Kariim.. Aki Abdul Malik tak kuasa meneteskan air mata..
Sejenak Raka diam terpekur dan tak terasa mengalir pelan bulir-bulir air bening di sudut matanya..
Astaghfirullaahal'adziim.. berkali ia ucapkan istighfar lirih dan pelan..
Kemudian aki Abdul Malik bersiap beranjak dari duduknya, perlahan dan agak kesusahan ia pun berdiri..
"Aki, mau ke mana?" Ujar Raka.
Aki Malik hanya tersenyum saja dan balik bertanya kepada Raka.. "Mau ikut aki?"
Ke mana ki? Timpal Raka...
Dah ikut saja tak usah banyak tanya.." Jawab aki, tanpa menunggu Raka ia pun berjalan meninggalkan padang rumput ilalang satu-satunya lahan kosong yang masih tersisa di antara himpitan gedung-gedung raksasa..
Dengan rasa ingin tau yang begitu besar Raka pun berlari kecil menyusul Aki Malik..
Ke manakah sebenarnya Aki Abdul Malik mengajak Raka..?
Bersambung.....
Nantikan cerita yang terakhir...
...Disambutnya Raka dengan ramah oleh aki yang memperkenalkan dirinya bernama Abdul Malik itu.. "Alhamdulillah tak ku sangka masih ada juga pemuda yang sopan sepertimu nak", kata aki itu kepada Raka..
Jika kau tak keberatan ceritakanlah apa sebenarnya yang membuat engkau gundah nak.. Tak baik menyimpan kegundahan terlalu lama, bisa jadi penyakit.."kata aki itu.
Sambil menghela nafas panjang Raka pun menceritakan apa yang menyebabkan kegundahan hatinya dari awal ia yang tadinya berlimpah harta hingga akhirnya jatuh miskin, dan aki Malikpun dengan seksama mendengarkan keluh kesah Raka. Sampai kemudian Raka berujar," sebetulnya saya mencari makna apa arti kaya dan miskin sesungguhnya? Mengapa ada orang kaya namun tak bahagia sebaliknya tak jarang pula saya melihat mereka-mereka yang berada dalam kemiskinan bisa sedemikian bahagianya, terpancar dari senyuman dan sorot mata mereka.. Hingga membuat saya cemburu kepada mereka.."
Aki, sekarang saya jatuh miskin tapi mengapa saya tak bisa seperti mereka, tak bisa pula seperti aki yang begitu tenang menikmati kesederhanaan hidup, apa yang salah dengan diri saya? Tak kuasa Raka menahan kegundahannya tergoncang bahunya dan menganak sungai air matanya..
Aki Malik dengan penuh kasih sayang merengkuh bahu Raka dan menepuk-nepuk pundaknya..
"Begini nak, kaya miskin, susah senang sebetulnya itu sama saja Allah menciptakan kondisi-kondisi itu sebetulnya untuk mendidik hati hambaNYA. Dibungkus dengan kekayaan supaya manusia belajar bersyukur terhadap kenikmatan dan bersabar belajar menjadi orang yang rendah hati serta berbagi. Begitupun hidup yang dibungkus dengan kemiskinan, supaya terlatih menjadi orang yang sabar dan qanaah (menerima) serta tetap bersyukur dalam kekurangan. Sekarang bergantung bagaimana engkau menyikapinya nak.. Sambil menatap Raka dengan tajam beliau menambahkan, "Ujian dari Allaah hanya ada dua cara menyikapinya..
Jika diterima,
maka bertambah mulia dan dinaikkan derajatnya. Jika tidak mau menerima, maka tetap takkan mengubah keadaan, tidak pula menambah kemuliaan.. "Hadapi setiap persoalan pakai iman bukan dengan keluhan nak.." Aki Malik mencoba memompa semangat Raka yang tampaknya sudah meredup..
Dan kaya sesungguhnya adalah kaya hati, di mana hati terlatih untuk taat kepada Allaah serta senantiasa bersyukur kepada Allaah Swt dan miskin yang sesungguhnya adalah ketika engkau tak pandai mensyukuri nikmat Allaah yang setiap hari Allaah hidangkan dengan penuh kasih sayang tanpa tertukar dan tak kurang suatu apapun.. Apapun yang Allaah sajikan adalah bentuk kasih sayangNYA terhadap hambaNYA. Allaah tak pernah tidur dan lalai mengurus hambaNYA tapi apa balasan kita sebagai hambaNYA? Jika susah mengeluh dan gundah bahkan menuduh Tuhan yang salah.. Jika senang mudah mabuk kepayang Tuhanpun di buang.. Namun kasih sayang Allaah melebihi murkaNYA, selalu ditunggu dan dirindui kita untuk bertaubat kepadaNYA meski berulang kali mendurhakai NYA.. SubhanAllaah.. Masya Allaah.. Allaah Kariim.. Aki Abdul Malik tak kuasa meneteskan air mata..
Sejenak Raka diam terpekur dan tak terasa mengalir pelan bulir-bulir air bening di sudut matanya..
Astaghfirullaahal'adziim.. berkali ia ucapkan istighfar lirih dan pelan..
Kemudian aki Abdul Malik bersiap beranjak dari duduknya, perlahan dan agak kesusahan ia pun berdiri..
"Aki, mau ke mana?" Ujar Raka.
Aki Malik hanya tersenyum saja dan balik bertanya kepada Raka.. "Mau ikut aki?"
Ke mana ki? Timpal Raka...
Dah ikut saja tak usah banyak tanya.." Jawab aki, tanpa menunggu Raka ia pun berjalan meninggalkan padang rumput ilalang satu-satunya lahan kosong yang masih tersisa di antara himpitan gedung-gedung raksasa..
Dengan rasa ingin tau yang begitu besar Raka pun berlari kecil menyusul Aki Malik..
Ke manakah sebenarnya Aki Abdul Malik mengajak Raka..?
Bersambung.....
Nantikan cerita yang terakhir...
Komentar
Posting Komentar